Minggu, 28 Juni 2009

Pacaran dan Ta'aruf

Pacaran dan Ta’aruf

Pacaran itu apa sih ?

Pacaran itu diidentifikasi sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Sebelum menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran, perlu dijelaskan bahwa ada tiga kemungkinan pacaran yang dimaksudkan, yaitu:

  1. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani berupa ciuman atau semacamnya.
  2. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, namun tetap menjaga agar tidak terjadi kontak badan, seperti ciuman dan semacamnya.
  3. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun.

Harus di sadari oleh kita semua semua bahwa Memiliki Rasa Cinta Adalah Fitrah dari Allah SWT, namun jangan sampai kita mengumbar rasa cinta kita dengan seenaknya saja.

Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran ?

Islam menghalalkan pernikahan, bahkan dinyatakan sebagai sunnah. Akan tetapi Islam melarang keras perzinahan. Bukan hanya perzinahan, akan tetapi yang mendekati perzinahan pun dilarang oleh Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Isra':32.

Pacaran dalam bentuk 1 dan 2 dilaksanakan sebagai perbuatan yang mendekati perbuatan zina. Dalam pandangan Islam bentuk ketiga dikenal dengan istilah Ta’aruf. Dalam Islam proses yang benar untuk mencapai pernikahan adalah :

Ta’aruf → Khitbah → Nikah

Perbedaan Ta’aruf dengan Pacaran adalah Sebagai Berikut :

Tujuan
Ta’aruf (T) : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.

Pacaran (P) : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-
syukur bisa nikah …

Kapan dimulai
T : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.

P : saat sudah diledek sama teman: ”koq masih
jomblo?”, atau saat butuh temen curhat.

Waktu
T : sesuai dengan adab bertamu.

P : pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari kalo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa.

Tempat pertemuan
T : di rumah sang calon, balai pertemuan,musholla, masjid, sekolah.

P : di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata,
kendaraan umum & pribadi, pabrik, dan taman.

Frekuensi pertemuan
T : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.

P : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu. kalo bisa tiap hari

Lama pertemuan
T : sesuai dengan adab bertamu

P : selama belum ada yang komplain, lanjut m
ang !

Materi pertemuan
T : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan.
P : cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.

Jumlah yang hadir
T : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu).

P : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua). klo rame-rame bukan pacaran, tapi rombongan.

Biaya
T : secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu).

P : kalau ada biaya: ngapel, kalau ngga ada absent dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya di rumah aja kali ya? tapi gengsi dong pacaran di rumah doang ?? apa kata doi coba ??

Lamanya
T : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di
kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan,2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
P : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin
10 tahun

Saat tidak ada kecocokan saat proses
T : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.

P : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya

Etika pergaulan dalam Islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis besarnya adalah sebagai berikut :

  1. Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur : 30-31)
  2. Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syari'at, yaitu pakaian yang menutupi aurat (An-Nur : 31)
  3. Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika bermu'amalah dengan lelaki, seperti:
  4. Di waktu mengobrol hendaknya ia menjauhi perkataan yang merayu dan menggoda
  5. Di waktu berjalan hendaknya wanita jangan menggoda orang yang melihat
  6. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan muhrim.
  7. Termasuk di sini suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah setan. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab setan menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Bukhari & Muslim).

Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya Pacaran itu haram hukumnya, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram. Sedangkan yang dibolehkan adalah Ta’aruf. Wallahu a’lam bisshawab.



Jumat, 12 Juni 2009

Malaikat

Malaikat

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang bersifat gaib, diciptakan dari nur (cahaya), selalu taat, tunduk, dan patuh pada Allah SWT, tidak pernah ingkar janji kepada-Nya, dan tidak membutuhkan makan dan minum ataupun tidur.
Mereka tidak mempunyai keinginan apa pun yang bersifat fisik dan juga kebutuhan yang bersifat materiil. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam untuk mengabdi kepada Tuhan.

Adapun ayat-ayat Al Qur'an yang menyebutkan tentang malaikat antara lain terdapat dalam surat:

  • Al-Baqarah: 177 dan 285
  • Ãli-'Imrân: 39, 42, 124, dan 125
  • An-Nisâ: 97 dan 172
  • Al-Anfâl: 9 dan 12
  • Al-Hijr: 8
  • Al-Anbiyâ: 19-20
  • Al-Ahzâb: 56
  • Asy-Syûrâ: 5
  • At-Tahrîm: 4 dan 6
  • Al-Ma'ârij: 4

Sifat-sifat Malaikat

Dari beberapa keterangan dapat disimpulkan bahwa malaikat adalah makhluk Allah SWT dengan sifat-sifat sebagai berikut:

  1. Diciptakan dari nur (cahaya)
  2. Semuanya taat dan berbakti pada Allah SWT
  3. Tidak berjenis lelaki maupun perempuan
  4. Tidak membutuhkan makan, minum, maupun sarana-sarana fisik lainnya
  5. Tidak akan mati sebelum datangnya hari kiamat. Karena itu jumlahnya tidak dapat bertambah atau berkurang.
  6. Gaib, tidak dapat dilihat oleh manusia biasa
  7. Tidak pernah mengingkari Allah SWT dan berbuat dosa kepada-Nya
  8. Hanya mengerjakan apa yang diperintahkan dan tidak ada inisiatif untuk berbuat yang lain
  9. Diciptakan Allah SWT dengan tugas-tugas tertentu

Iman Kepada Malaikat

Dalam Islam, Iman kepada malaikat adalah salah satu Rukun Iman. Iman kepada malaikat adalah percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat Allah SWT benar-benar ada. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi keberadaannya dapat diketahui dan dipahami, seperti adanya wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul tsb menerima wahyu melalui perantara malaikat Allah SWT.

Iman kepada malaikat adalah Rukun Iman yang ke-2. Rukun Iman yang jumlahnya ada 6 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, juga tidak dapat dipilih-pilih. Sehingga tidak disebut orang beriman jika tidak meyakini salah satu dari Rukum Iman tsb. Dalam H.R. Muslim, Rasulullah bersabda:

"Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhirat, serta engkau beriman kepada takdir baik maupun buruk." (H.R. Muslim)

Tugas dan Nama Malaikat

Jumlah malaikat sangat banyak, tidak dapat diketahui secara pasti. Namun ada 10 malaikat yang wajib kita imani sebagi seorang Muslim. Kesepuluh malaikat tsb beserta tugasnya adalah sebagai berikut:

Jibril
Menyampaikan wahyu kepada para rasul dan nabi
Mikail
Membagi rezeki kepada semua makhluk, termasuk memberi makan, minum, dan menurunkan hujan
Izrail
Mencabut roh atau nyawa semua makhluk apabila sudah tiba saatnya.
Israfil
Meniup sangkakala (terompet) jika telah sampai saatnya hari kiamat.
Raqib
Mencatat setiap kebaikan dan amal baik manusia
Atid
Mencatat setiap kejahatan dan amal buruk manusia
Munkar dan Nakir
Memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada orang yang ada dalam kubur
Malik
Menjaga pintu neraka
Ridwan
Menjaga pintu syurga

Sifat-sifat Allah

Sifat-sifat Allah

NoSifat WajibSifat Mustahil
1 Wujud Ada Adam Tidak ada
2 Qidam Dahulu Huduus Baru
3 Baqa' Kekal Fana Rusak
4 Mukhalafatuhu lil hawadits Berbeda dengan ciptaan-Nya Mumatsalatuhu lil hawadits Sama dengan ciptaan-Nya
5 Qiyamuhu binafsihi Berdiri dengan sendirinya Ihtiyaju lighairihi Membutuhkan yang lain
6 Wahdaniyyah Esa atau Tunggal Ta'addud Berbilang
7 Qudrah Berkuasa 'Ajzun Lemah
8 Iradah Berkehendak Karahah Terpaksa
9 Ilmu Mengetahui Jahlun Bodoh
10 Hayat Hidup Mautun Mati
11 Sam'un Mendengar Samamum Tuli
12 Basar Melihat Umyun Buta
13 Kalam Berkata Bukmun Bisu
14 Qadirun Yang Berkuasa 'Ajizun Yang maha lemah
15 Muridun Yang Berkehendak Mukrahun Yang maha terpaksa
16 'Alimun Yang Mengetahui Jahilun Yang maha bodoh
17 Hayyun Yang Hidup Mayyitun Yang mati
18 Sami'un Yang Mendengar Ashamma Yang maha tuli
19 Basirun Yang Melihat A'maa Yang maha buta
20 Mutakallimun Yang Berbicara Abkama Yang maha bisu
  1. Wujud, artinya ada. Sifat mustahilnya 'Adam, artinya tidak ada.

    Tidak mudah untuk membuktikan bahwa ALLAH itu ada, kecuali bagi orang-orang yang beriman.
    Memang kita tidak dapat melihat wujud ALLAH secara langsung, tetapi dengan menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Alam semesta ini. Darimana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Siapakah Dia yang Maha Agung itu?
    Dialah ALLAH SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi). Dialah yang mengadakan segala sesuatu dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk diri kita.

    Sesungguhnya Rabb kamu ialah ALLAH yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak ALLAH. Maha suci ALLAH, Rabb semesta alam. (QS. Al-A'râf: 54)
  2. Qidam, artinya dahulu atau awal. Sifat mustahilnya Hudûs, artinya baru.

    Maksudnya, adanya ALLAH adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini. Adanya ALLAH berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan tsb terdapat pada kejadian dan prosesnya.
    Kita ambil contoh: Adanya hujan didahului oleh terjadinya penguapan air laut.
    Terjadinya pemuaian logam didahului oleh adanya panas.
    Berbeda dengan alam semesta ini, adanya ALLAH tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu, karena ALLAH zat yang paling awal. ALLAH adalah pencipta alam semesta, tidak mungkin hasil ciptaan lebih dulu ada dari Sang Penciptanya.

    Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadîd: 3)
  3. Baqa', artinya kekal. Sifat mustahilnya Fana, artinya rusak.

    Semua makhluk yang ada di alam semesta ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan, planet, bintang, bulan, dll, suatu saat akan mengalami kerusakan dan akhirnya mengalami kehancuran. Manusia, betapa pun gagah perkasa dirinya, suatu saat pasti mati.
    Apapun wujudnya, seluruh ciptaan ALLAH di dunia ini akan mengalami kerusakan. Hanya ALLAH SWT, Sang Pencipta, yang tidak akan rusak dan hancur, karena ALLAH bersifat kekal.

    Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahmân: 26-27)

    Sungguh, betapa hina dan lemahnya kita di hadapan ALLAH, betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan kita, karena segala kehebatan itu hanyalah sementara. Kelak semua akan berakhir, yang tersisa hanyalah amalan kita. Oleh sebab itu perbanyaklah amal selagi kita masih diberi kelapangan waktu di dunia ini. Dan bertaubatlah dengan kesalahan-kesalahan kita selagi kematian belum menghampiri kita.

  4. Mukhalafatuhu lil hawadits, artinya berbeda dengan ciptaannya. Sifat mustahilnya Mumatsalatuhu lil hawadits, artinya serupa dengan ciptaannya.

    Sifat ini menjelaskan bahwa ALLAH berbeda dengan hasil ciptaan-Nya.
    Coba kita gunakan analogi, pelukis dengan lukisannya, pembuat patung dengan patung karyanya, apakah ada kesamaan antara pencipta dengan hasil ciptaannya? tentu tidak bukan? Bahkan robot yang paling canggih dan mirip dengan manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia penciptanya.
    Begitulah ALLAH, Sang Pencipta, sudah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya.

    ... Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syûra: 11)

    Dengan memahami sifat ALLAH ini, semoga kita tidak akan terjebak pada perbuatan takhyul dan syirik, yaitu menyembah selain ALLAH atau menyekutukan ALLAH. Tak ada suatu pun selain ALLAH yang pantas disembah. Menyembah selain ALLAH adalah perbuatan yang hina dan merendahkan martabat manusia sendiri.

  5. Qiyamuhu binafsihi, artinya berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Sifat mustahilnya Ihtiyaju lighairihi, artinya berdiri dengan bantuan yang lain.

    Keberadaan makhluk ALLAH, tidak lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

    ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. (QS. Ali-Imran: 2)

    Sadarlah kita, bahwa ternyata kita ini makhluk yang sangat lemah, karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Semoga kita pun menyadari pentingnya berbuat kebajikan dengan sesama. Karena itu sungguh tepat jika ALLAH memerintahkan kita untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa.

    ... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Mâidah: 2)
  6. Wahdaniyyah, artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya Ta'addud, artinya berbilang atau lebih dari satu.

    Keesaan ALLAH itu mutlak. Artinya keesaan ALLAH meliputi zat, sifat, maupun perbuatan-Nya.
    Meyakini keesaan ALLAH, merupakan hal yang sangat prinsipil, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan ALLAH. Ini bisa kita lihat bahwa untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus bersaksi terhadap keesaan ALLAH, yaitu dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi Aku bersaksi tiada Tuhan selain ALLAH. Meyakini keesaan ALLAH juga merupakan inti ajaran para nabi, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.

    Mustahil ALLAH lebih dari satu. Apabila itu terjadi, tentulah tidak akan tercipta alam semesta yang teratur ini. Keteraturan alam semesta telah membuktikan pada kita bahwa ALLAH itu Tunggal.

    Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci ALLAH yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiyâ: 22)

    Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita akan terhindar dari berbagai paham ketuhanan. Ada 2 macam paham ketuhanan, yaitu monoteisme dan politeisme. Monoteisme menyatakan bahwa Tuhan adalah satu, sedang politeisme menyatakan bahwa tuhan lebih dari satu. Agama-agama yang memiliki kepercayaan banyak dewa dan dewi yang mengatur alam semesta ini, adalah salah satu contoh paham politeisme.
    Islam adalah agama yang mengakui paham monoteisme secara mutlak. Tuhan dalam Islam hanyalah ALLAH, Pencipta dan Pengatur Alam Raya beserta isinya.

  7. Qudrah, artinya berkuasa. Sifat mustahilnya 'Ajzun, artinya lemah.

    Kekuasaan ALLAH adalah kekuasaan yang sempurna, karena kekuasaan ALLAH tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Bagi ALLAH, jika ALLAH telah berkehendak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka tidak ada suatu pun yang dapat menghalangi-Nya.

    ... Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20)

    Sungguh tidak patut kita sebagai manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki, karena sebesar apa pun kekuasaan kita, kekuasaan ALLAH pasti lebih besar, dan yang Terbesar. Jika ALLAH berkehendak, Dia dapat menghilangkan kekuasaan kita dalam sekejap, dan kita tak akan berdaya untuk mempertahankannya.

  8. Iradah, artinya berkehendak. Sifat mustahilnya Karahah, artinya terpaksa.

    ALLAH memiliki sifat selalu berkehendak. Kehendak ALLAH sesuai kemauan ALLAH sendiri, tak ada rasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain. Kehendak ALLAH juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Kehendak ALLAH tidak terbatas, karena Ia dapat melakukan apa saja tanpa ada kuasa lain yang dapat mencegah-Nya.
    Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada kemampuannya sendiri.

    • Manusia boleh berkehendak, namun ALLAH jualah yang menentukan hasilnya.
    • Maksud hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
    • Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga.
    • Di atas langit masih ada langit.

    Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedang ALLAH memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian, ALLAH memberi kebebasan pada manusia untuk berusaha dan berkehendak, namun semua terpulang pada kehendak ALLAH dan kita harus berserah diri menerima apapun hasilnya.

  9. Ilmu, artinya mengetahui. Sifat mustahilnya Jahlun, artinya bodoh.

    Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi, tidak ada yang luput dari pengetahuan ALLAH. ALLAH Maha Luas ilmunya, begitu luasnya ilmu ALLAH sehingga jika seluruh air di lautan ini dijadikan tinta dan seluruh pohon dijadikan alat tulisnya, tak akan mampu menuliskan ilmu ALLAH.

    Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita takjub akan indahnya karya dan canggihnya teknologi yang diciptakan manusia.
    Sadarkah kita, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan ALLAH pada otak kita?

    Sungguh, ilmu ALLAH jauh melampaui semua itu, begitu tingginya ilmu ALLAH sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti dan memahaminya.

    Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu akan memberitahukan kepada ALLAH tentang agamamu (keyakinanmu), padahal ALLAH mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hujurât: 16)

    Semoga dengan memahami sifat ilmu ini, kita sebagai hamba akan terdorong untuk terus menimba ilmu, selagi kita hidup, karena kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita diketahui. Semakin banyak ilmu kita, mudah-mudahan juga menambah rasa kagum dan syukur kita kepada ALLAH. Betapa hebatnya Ia, betapa tinggi ilmu-Nya, dan betapa kepandaian kita ini belum apa-apa dibandingkan dengan kepandaian ALLAH.

  10. Hayat, artinya hidup. Sifat mustahilnya Mautun, artinya mati.

    Hidupnya ALLAH berbeda dengan hidupnya manusia. Perbedaan itu antara lain dapat kita lihat bahwa ALLAH hidup tanpa ada yang menghidupkan. Manusia dan makhluk hidup lain hidup karena dihidupkan oleh ALLAH SWT.
    ALLAH hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya sangat bergantung dengan yang lain.
    ALLAH hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun tidak. Manusia suatu saat pasti akan mengalami mati.

    ALLAH tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur... Al-Baqarah: 255

    ALLAH Maha Hidup, tidak mengantuk, tidak tidur, apalagi mati. Dan selama itu pula ALLAH selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan, karena gerak-gerik kita selalu diawasi dan dicatat oleh ALLAH, tak ada yang terlewatkan. Kelak di akhirat seluruh amalan tsb harus kita pertanggungjawabkan.

  11. Sam'un, artinya mendengar. Sifat mustahilnya Samamum, artinya tuli.

    ALLAH Maha Mendengar. Pendengaran ALLAH tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak, ruang, dan waktu. Selemah apa pun suara, ALLAH mendengarnya. Berbeda dengan manusia, pendengarannya sangat terbatas. Meski saat ini teknologi manusia sudah maju, untuk mendengar suara jarak jauh sudah bisa diatasi dengan media elektronik, namun jangkauannya tetap masih terbatas. Suara bisikan, suara yang terhalang oleh benda-benda tertentu, tetap tidak bisa kita dengarkan. Pendengaran manusia juga mengalami penurunan seiring dengan semakin tuanya kita.

    Tapi pendengaran ALLAH tidak demikian. ALLAH bisa mendengar suara yang sehalus apapun tanpa memerlukan alat bantu apapun. Pendengaran ALLAH tidak akan melemah sampai kapanpun.

    ...Dan ALLAH-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Mâidah: 76)

    Dengan menyadari sifat sam'un ALLAH ini, semestinyalah kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, berbicara, dan berpikir dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena ALLAH selalu mendengar segala perkataan manusia, baik yang terucap maupun hanya sekedar bisikan di dalam hati.

  12. Basar, artinya melihat. Sifat mustahilnya 'Ama, artinya buta.

    Mustahil ALLAH buta, karena ALLAH Maha sempurna, termasuk sempurna penglihatan-Nya. Penglihatan ALLAH bersifat mutlak, tidak terhalang oleh apa pun. ALLAH melihat segala sesuatu, baik yang besar dan kecil, yang nampak dan tersembunyi. Penglihatan ALLAH bersifat terus-menerus, ALLAH tidak pernah lalai walau sedetik pun dari melihat segala perbuatan kita.

    Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hujurât: 18)

    Dengan memahami sifat basar ALLAH ini, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Kita sadar bahwa kita tidak bisa membohongi atau menyembunyikan kebohongan apa pun di hadapan ALLAH. Kepada manusia kita bisa berbohong, tapi tidak terhadap ALLAH, karena ALLAH melihat segala perbuatan kita.
    Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang kita sembunyikan. Oleh sebab itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan dimintakan pertanggujawabannya.

  13. Kalam, artinya berkata atau berfirman. Sifat mustahilnya Bukmum, artinya bisu.

    Bukti ALLAH bersifat kalam dapat kita lihat dari kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya.
    Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah firman ALLAH yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

    ...Dan ALLAH telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An-Nisâ: 164)

    Adanya firman ALLAH menjadi bukti bagi kita bahwa ALLAH memperhatikan kita sebagai hamba-Nya. Dengan perantara nabi dan rasul, ALLAH membimbing manusia untuk melakukan amal saleh sesuai yang diajarkan dalam kitab ALLAH.
    Dari firman ALLAH juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan meninggalkan yang bathil.

  14. Qadirun
    Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.
    Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu. “ (QS. Al Baqarah: 20).
  15. Muridun
    Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak. Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
    Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “ (QS.Hud: 107).
  16. ‘Alimun
    Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
    Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “ (QS. An Nisa’: 176).
  17. Hayyun
    Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
    Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. “ (QS. Al Furqon: 58).
  18. Sami’un
    Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
    Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. “ (QS. Al Baqoroh: 256).
  19. Basirun
    Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
    Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al Hujurat: 18).
  20. Mutakallimun
    Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

Silsilah Nabi Muhammad SAW